Wednesday, March 2, 2011

Kreativitas menerobos batas batas


Manusia memahami realitas dengan sistem-sistem kategori konseptual. Sistem sistem konseptual itu memungkinkan hidup dan pengalaman dapat dimengerti. Namun pada gilirannya dinamika pengalaman sendiri menuntut pola-pola pemahaman baru, sistem-sistem konseptual baru. Pada titik ini aneka system konseptual dan keyakinan menjadi pembatasan-pembatasan yang perlu diterobos. Kreativitas dan terobosan batas Kreativitas, khususnya di bidang kesenian, berkaitan erat dengan perkara "originalitas" dan "kebaruan". Dua kata itu sudah serentak menyarankan penerobosan keterbatasan-keterbatasan. Namun seluruh suasana kultural di ambang millenium ketiga ini pun memang di tandai oleh penerobosan, atau lebih baik "perumusan-ulang" batasan-batasan.  Batasan-batasan yang dipertaruhkan hari-hari ini, dalam proses berkesenian khususnya, bukanlah sekedar batas "gaya"/aliran/ pemilahan bidang dalam berkesenian. Yang dengan sendirinya berresiko ikut terterobos adalah batas tradisi, etnisitas, religi, pola-pola berpikir, bahkan berbagai citra diri baku ,dst. Itu sebabnya istilah "dekonstruksi" sedemikian cepat menyebar kemana-mana, menjadi kata kunci jaman ini. Namun kreativitas yang baik tidak berhenti pada sekedar dekonstruksi. Kreativitas yang baik selalu serentak merupakan proses "intensifikasi" dan"transformasi" : proses penggalian ulang realitas , pencarian hal-hal yang paling azasi dan perumusan ulang tentang apa sesungguhnya yang kita cari selama ini. Memang itu semua dilakukan dengan cara membongkar sistem-sistem keyakinan dan kategorisasi baku yang sering telah dirasa palsu. Dengan istilah Foucault, kreativitas yang baik hampir selalu merupakan proses genealogis. Proses genealogis adalah ,katakan saja, pelacakan ulang makna hakiki suatu konsep/kategori . Itu bisa dengan cara mencurigai sejarah terbentuknya suatu keyakinan/kategori/sistem, bisa juga dengan cara memahami berbagai konsep itu melalui perspektif lawannya. Misalnya , bila mau menggali kembali hakekat sejarah G-30-S, perlulah mendengar cerita dari tokoh-tokoh PKI. Bila hendak melacak hakekat hukum di Indonesia gunakanlah sudut pandang para korban hukum di Indonesia. Bila hendak memahami keberagamaan hari ini galilah pandangan kaum pemikir bebas, sekular, bahkan ateis, dst.dst. Dari perspektif lawan itulah insight baru justru lebih bisa diharapkan. Puisi Holderlin berjudul "Patmos" mengatakan :"...where danger is, grows also the saving power."
            Signifikansi karya seni Karya seni hasil kreativitas macam itu dengan sendirinya tampil bagai sebuah "interupsi" yang memergoki realitas asli. Ibarat tiba-tiba kita membuka pintu dan segera terlihat didalam ruangan seorang pencuri sedang hendak beraksi, atau orang-orang yang sedang bicara rahasia tiba-tiba menghentikan obrolannya . Dan terpotretlah segera suasana kikuk dan aneh yang mencurigakan, yang mungkin selama ini tak pernah kita curigai. Dalam bahasa Brecht, karya seni yang baik tampil sebagai, atau menimbulkan ,"gestus" : menampilkan potret ringkas apa yang sesungguhnya terjadi dalam kehidupan masyarakat kita. Dengan istilah lain lagi, karya seni yang baik dan kreatif cenderung tampil sebagai sebuah "anomali", sebuah ketidaklaziman yang menyadarkan kita pada telah mandulnya kelaziman selama ini yang biasanya tak kita sadari. Kualitas "anomali interuptif'" macam ini terdapat misalnya pada sajak-sajak Sutardji pada awal kemunculannya, pada film film puitik Garin, pada bahasa Indonesianya novel Ayu (dan mungkin keterusterangannya),dst. Meskipun demikian kekuatan karya-karya tersebut bukanlah karena kebaruannya atau pun keanehannya, melainkan karena kualitas pengalaman tersembunyi yang diangkatnya ke permukaan , karena insight- barunya bagi kehidupan maupun bagi kiprah berkesenian. Jadi, kebaruan dan keanehan itu hanyalah konsekuensi dari kedalaman pengalaman yang dikandung karya itu.
Dasar Kreativitas Menjadi jelas kini bahwa kreativitas yang baik adalah manifestasi menggelegaknya intensitas penghayatan dan penyelaman kehidupan. Sebuah karya akan muncul sendiri sebagai luapan dari kian penuhnya sari-sari pengalaman yang telah kita hisap. Maka yang sesungguhnya muncul dalam karya yang baik bukanlah subyektivitas si senimannya, melainkan The truth of reality, kebenaran eksistensial itu sendiri. Memang si seniman mereka-reka, tapi rekaan rekaanya itu hanyalah ibarat menmbuatkan saluran-saluran agar air sari yang telah meluap itu bisa mengalir keluar. Tak heran bila Heidegger menyebut karya seni yang baik sebagai The Happening of Truth itself. Kebenaran yang mendadak menyeruak dan menyadarkan kita pada berbagai kepalsuan dan kemandegan selama ini. Dengan begitu karya seni yang baik selalu serentak tampil sebagai sebuah kritik, immanent critique, kata Adorno. Kualitas kreativitas macam itu timbul hanya bila pola relasi kita dengan realitas adalah pola yang "bermain" (playful). Artinya pola relasi yang ditandai dengan dialektika timbal balik antara 1. memberi bentuk dan menangkap makna realitas yang tak berbentuk,2. penciptaan dan penemuan,3. menguasai realitas dan membiarkan diri dikuasai realitas,3. upaya berrefleksi dan menenggelamkan diri dalam pengalaman-pengalaman pra-reflektif dan akhirnya 4. penguasaan system sistem baku dan pemahaman kenyataan-kenyataan real.

KREATIVITAS

Kreativitas adalah kemampuan mencipta/berkreasi yang dihasilkan sesuatu yang sifatnya baru (hasil ciptaannya sendiri/orisinil), berguna dan dapat dimengerti. Baru berarti bersifat inovasi, belum ada sebelumnya, segar, menarik dan aneh. Berguna berarti dapat memberikan kepuasan, praktis, memudahkan, memperlancar, dan sebagainya. Kreativitas dapat dimengerti berarti dapat dibuat dalam kesempatan lain. Kreatif adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada. Orang dikatakan kreatif jika memiliki pemikiran orisinil, rasa ingin tahu, kerja keras, lincah dan fleksibel dalam berpikir, serta kemandirian. Tiga ciri umum orang kreatif, yaitu :
1. Ciri-ciri pokok;
a.       memiliki kelincahan mental (berpikir ke segala arah atau berpikir divergen.
b.      Fleksibilitas konseptual; jika memiliki konsep tentang sesuatu ia cenderung  akan senantiasa memperbaiki sampai ia benar-benar yakin akan konsepnya.
c.       orisionalitas; apa yang dipikirkan, dikonsepkan, dan dikerjakan tidak meniru pikiran atau konsep orang lain tetapi merupakan miliknya secara orisinil,
d.      ia suka hal-hal bersifat kompleks kurang suka pada hal-hal sederhana,
e.       memiliki kecakapan dalam banyak hal.

2. Ciri-ciri yang memungkinkan;
a.       suka bekerja keras,
b.      berpikir mandiri,
c.       pantang menyerah, dan sebagainya.
3. Ciri sampingan; kurang memperdulikan yang dipikirkan orang lain dan terkadang mengalami kekacauan psikologis.
Kreativitas merupakan aktivitas yang aktif dan dinamis, sehubungan dengan itu kreativitas tumbuh dan berkembang. Proses kreatif tidak terjadi hanya secara formal, tetapi terjadi dimanapun dan dalam situasi apapun. Anak dapat melakukan proses kreatif ketika mereka bermain di rumah atau ketika mendengarkan dongeng. Karakteristik anak kreatif yaitu: (a) cenderung memiliki respon bebas, (b) cenderung menyampaikan persepsi secara abstrak, (c) memiliki keinginan ideal, (d) sukahumor dan bekerja, (e) sukabermain dan melucu, santai, (f) bertindak impulsive, (g) suka melakukan perubahan, petualang, (h) cenderung ceroboh dankurang teratur, (i) tidak pemalu menyampaikan kebenaran atau kebaikan. Kreativitas merupakan potensi yang berkembang, dalam arti dipengaruhi oleh umur. Selain itu kreatifitas anak akan muncul jika berbagai aspek disekitarnya dan potensi dalam dirinya mendukung, misalnya : kesehatan, kecerdasan, minat, bakat, percaya diri, rangsangan lingkungan, dorongan orang tua, dan sebagainya. Hal ini terjadi karena kreatifitasmerupakan potensi, ia memerlukan lahan dan pengolahan agar dapat berkembang.
Kreatif didukung dari faktor dalam (potensi dalam diri seseorang) dan faktor luar yang memberi kesempatan kebebasan anak untuk berkreatif, konsep diri anak, percaya diri. Faktor keluarga dan sekolah dapat menjadi pendukung atau penghambat jika tidak dilakukan secara baik. Faktor keluarga yang terlalu melindungi, mencemaskan, suka mengkritik, menuntut, kurang toleran, mengatir merupakan hambatan kreativitas anak. Faktor sekolah yang membatasi kurikulum berdasarkan waktu dan materi, hanya menerima satu sumber atau satu jawaban yang dianggap benar, serta kurang memberi kesempatan diskusi, bertanya atau evaluasi belajar juga dapat menghambat krativitas anak.
Cara yang dapat dilakukan untuk mendorong perkembangan kreativitas anak, antara lain: kelancaran berpikir, fleksibilitas, orisionilitas, memperluas berpikir, program keberanian mengambil resiko, kompleksitas, rasa ingin tahu (quriosity), dan imajinasi. Kreativitas hendaknya dikembangkan sejak usia muda, sebab sikap kreatif yang ditumbuhkan sejak dini akan tetap menetap sampai dewasa. Untuk mencapai tahap kreativitas estetis melalui konsep pembelajaran melalui seni dicapai melalui tahap-tahap : (1) pengetahuan; pengetahuan merupakan dasar untuk menuju tingkat yang lebih sulit, (2) apresiasi; kepemilikan pengetahuan akan memberi kemampuan pada individu untuk mengapresiasikan seni, kemampuan apresiasi tidak mungkin dilakukan tanpa pengetahuan tentang apa yang akan diapresiasikan, (3) keterampilan; pengetahuan dan apresiasi akan mendorong individu untuk memiliki keterampilan, (4) kreativitas; berdasar pengetahuan, penghargaan, kesukaan (apresiasi), dan keterampilan akan mendorong indiovidu untuk membuat, menyusun, atau menciptakan suatu karya. Proses tersebut berkembang secara terpadu, baik seni tari, drama, rupa, dan musik sehingga tercapai pengembangan kreativitas estetis.

ESTETIKA


Estetis adalah suatu bentuk apresiasi keindahan dan perasaan haru atau kekaguman. Estetis menekan pada melakukan hal-hal untuk sesuatu yang orisinil, bukan ditiru atau dimanipulasi. Estetika dapat digunakan dalam membahas secara teoritas arti estetika/indah atau hal yang bersifat estetik. Estetika dapat dipandang dari berbagai aspek, tetapi pegangan untuk memahami nilai-nilai estetika yang dipergunakan dalam karya seni terdapat nilai bahwa estetika terdiri dari :
a.       apsolutisme (doktrin tentang pembukuan suara/ pengakuan),
b.      anarki (doktrin ini menyerahkan penilaian kepada masing-masing pribadi secara murni, subyektif dan tak perlu tanggung jawab),
relativisme (doktrin yang menggunakan kriteria atau pembakuan tentang nilai estetika yang absolute, tetapi masih objektif dalam pemikiran karena karya berasal dari keinginan dan motivasi manusia abadi).

mylogo product

check my folio ( ">https://99designs.com/users/731428 ) for Logo Design?

About this blog

> nb ; jangan cuma bisa membuat karya visual yang bagus, analisa sangat penting di dalamnya. teori juga bagus untuk pertanggungjaawaban karya.
assalamualaikum wrb, hom suastiastu, salam damai sejahtera, salam piss, salam metal, salam semua etnis di dunia, semua aliran, semua ras, salam tradisi, salam budaya. salam dunia selalu.
facebooku
all about design & original