Fotografi sering
dikatakan merekam realitas apa adanya sehingga dianggap selalu jujur. Dengan
kata lain, rekaman fotografi dianggap hanya untuk menampilkan imaji yang tidak
butuh penafsiran majemuk.
Namun, karena
sesungguhnya fotografi adalah seni lukis juga, yaitu melukis dengan kuas
cahaya, sebenarnya tidak ada perbedaan mutlak antara dunia seni lukis murni dan
fotografi ini. Aliran yang dalam seni lukis disebut sebagai aliran abstrak
sudah lama ada juga di fotografi.
Aliran abstrak dalam fotografi sebenarnya
bisa disebut sebagai aliran para pemuja komposisi. Dengan demikian, seorang
fotografer yang akan membuat foto abstrak akan mengisi kanvasnya dengan sebuah
komposisi yang dilihatnya di alam. Dari sebuah realitas tiga dimensi yang ada,
bisa tercipta jumlah tak terhingga komposisi foto abstrak ini.
Dengan lensa yang
dipilihnya, seorang fotografer membatasi tepi-tepi kanvasnya, lalu dengan
pilihan sudut pemotretan sang fotografer merampungkan karyanya dengan pilihan
cahaya dan bayangan yang ada. Dengan begitu, sampai kapan pun tidak akan pernah
ada foto abstrak yang sama di dunia ini.
Sejak beberapa tahun
lalu para pehobi fotografi secara berolok- olok menyebut aliran ini sebagai �aliran sesat� karena realitanya hanya dilakukan
oleh sangat sedikit fotografer.
Pelan tapi pasti,
aliran fotografi ini makin banyak diminati karena paling menunjukkan kelas
seorang fotografer di samping menampilkan selera individu dengan sangat nyata.
(Arbain Rambey)
Abstrak
Pendidikan dan pelatihan
adalah komponen-komponen utama dalam sistem pendidikan di perguruan tinggi yang
dapat mendamari masa depan suatu bangsa. Rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia yang dinyatakan dalam parameter laju kelulusan sarjana per tahun,
tingkat kelulusan, tingkat selektivitas ke jenjang magister dan doktor, periode
waktu belajar, dan biaya pendidikan, merupakan pokok persoalan yang menjadi
perhatian utama dalam makalah ini. Pola aliran sumbat yang menghindari
terjadinya distribusi waktu tinggal perlu dijadikan model dalam pengembangan
sistem dan proses pendidikan, khususnya di perguruan tinggi. Terjadinya
distribusi periode studi antara 4-7 tahun untuk program sarjana menyebabkan
kapasitas sistem membengkak, namun laju kelulusan sarjananya tetap. Selain itu,
biaya pendidikan diperkirakan membengkak hingga lebih dari 20%.
Model sistem pendidikan yang menyerupai aliran sumbat
dapat mendorong seluruh civitas akademika untuk mewujudkan perkuliahan yang
selesai tepat waktu. Implementasi intensifikasi program studi dapat diarahkan
untuk menghambat terjadinya pembengkakan kapasitas mahasiswa yang mengalami
keterlambatan studi atau sebaliknya, yaitu menjaga kapasitas mahasiswa pada
level yang lebih besar tersebut, namun dengan jaminan laju penerimaan dan
kelulusan yang lebih tinggi. Melalui intensifikasi program studi, laju
kelulusan diharapkan dapat meningkat, periode waktu belajar menjadi lebih
singkat, tingkat kelulusan mencapai 100%, tingkat selektivitas ke arah magister
dan doktor dapat ditingkatkan secara berarti, dan kebutuhan dana dapat
direduksi serendah mungkin.
No comments:
Post a Comment